Flash Fiction #1 : aku mencintainya

seperti halnya para remaja lainnya, aku mulai menunjukkan sifat keremajaanku. salah satunya menyukai lawan jenis. wajar bukan? bukankah dengan demikian aku termasuk anak yang tumbuh normal? seperti halnya saat ini, hatiku sedang mengalami musim bunga. bunga-bunga tumbuh di setiap ruang hatiku.

ya, tepat tanggal 26 Oktober 2010. pemuda yang aku mimpi-mimpi kan membawa coklat sambil berlari menghampiriku. tanganku separuh gemetar saat melihat dia menyusul langkahku. kakiku terlalu kaku untuk kulangkahkan tapi aku tetap berusaha melanjutkan langkahku untuk menghindarinya.

'jangan hari ini.' kuulangi kata itu hingga ribuan kali sambai dia berhasil membuatku menoleh kebelakang. satu kata yang bisa mewakili seluruh kekacauan yang ada dalam diriku 'gugup'.

aku membulatkan mataku. pura-pura merasa heran dia memanggilku. dia tersenyum manis sekali. bola matanya memancarkan sinar yang semakin membuatku gugup.

"mau nggak jadi pacarku?" tanyanya pelan. bukan lagi gugup yang aku rasa. bahagia tapi bimbang. kata-kata yang baru saja dia ucapkan memang biasa. aku sering mendengarnya di televisi atau teman-temanku sendiri. itu memang kata-kata yang simpel dan pasaran tapi karena yang mengucapkan orang yang sangat spesial bagiku, kata-kata yang baru saja masuk telingaku seolah mempunyai sesuatu yang membuatku jadi merasa mendapatkan seluruh dunia ini.

dia menyodorkan cokelat yang ia bawa. "kalau kamu mau terima ini." katanya dengan suara yang lagi-lagi membiusku.

bimbang. diantara ya dan tidak. sebenarnya, aku mencintainya, dari dulu malah. lebih dari enam bulan sebelum hari ini. tapi, karena aku kurang melihat respon dia aku selalu berusaha melupakan perasaanku ke dia. tapi, perasaan itu tumbuh lagi, tumbuh lagi. dan aku tidak mau menghindar lagi dari rasa itu. aku memilih untuk berteman dengan perasaan itu.

dan tibalah hari ini. sebelum hari ini, aku dan dia sudah tidak sejauh enam bulan yang lalu malah jauh lebih dekat.

aku hanya bimbang karena satu hal. aku takut melukai oranglain. bayang-bayangnya langsung menghapiriku, mengulang kejadian kemarin "aku ikhlas kok, kamu sama dia. jangan mikirin aku, aku baik-baik saja. masih banyak gadis yang lain kan? yang lebih cantik tapi nggak lebih langsing." ingin sekali aku menginjak kakinya, perkataannya itu secara tidak langsung menyindirku tajam. tapi, kakiku lemas, air mata membanjiri pipiku.

"Sya?"
"eh, ya." jawabku mantab.
Dia menyodorkan cokelat yang dari tadi ada di tangannya. senyumnya terlihat mengembang dan wajahnya sangat berseri-seri. akupun begitu. aku bahagia. aku mencintainya.

semenjak itu, hari-hariku menjadi hari-hari bahagia.