Flash Fiction #3 : merindukanmu

selalu saja terasa sepi saat dirimu entah dimana. tidak ada detik di mana aku tidak menengok handphoneku. tiada detik dimana aku berharap handphoneku berbunyi nyaring. tiada detik aku berharap-harap cemas menunggu sms dari seseorang yang selalu aku rindukan kehadirannya.

saat aku merindukanmu, aku tak mampu mengungkapkannya terang-terangan padamu. aku tak mau beban pikiranmu bertambah karenaku. aku tak mau membebanimu. aku tak mau senyummu padam karenaku.lagi pula, kamu juga punya kehidupan sendiri. kehidupanmu belum menjadi kehidupanku kan? aku tak berhak merubahmu menjadi seorang yang selalu bersamaku.

jadilah seperti hari ini, aku hanya berdiam diri menatap ponselku yang tidak seperti harapanku, tidak ada bunyi nyaring, tidak ada pesan masuk.

aku ingin sekali mengirimkanmu pesan hanya untuk bertanya bagaimana kabarmu. tapi, aku takut mengganggumu.

keesokan paginya di sekolah. sering kali aku melirik ke arah jendela tanpa memperhatikan guru yang sibuk dengan ceritanya. aku bukannya berharap kamu tiba-tiba ada di jendela, tersenyum lebar ke arahku. mungkin saja memang, tapi kemungkinannya 1 : 10.000.000.000.000.

bagiku, jendela itu pengubung antara aku dan dirimu. sungguh, aku rindu saat-saat indah di seberang jendela. dan kini, rinduku sempurna hanya untukmu. rinduku sempurna memanggil-manggil namamu, menyuruhmu untuk datang kembali. tapi, aku tidak akan heran jika kau menganggap itu angin berlalu.

aku tahu, aku bukan siapa-siapa. aku bukanlah orang yang setiap kali bisa duduk di sampingmu sambil mendengarkan kau memainkan gitar. aku bukanlah gadis yang beruntung yang bisa melihat senyummu setiap aku menginginkannya. aku bukanlah gadis yang bisa setiap kali kau ajak berbicara, bercanda, tertawa ria. aku tahu, itu bukan aku lagi. tapi, jangan larang aku untuk tetap menunggumu di jendela. jangan larang aku untuk merindukanmu.

merindukanmu adalah sesuatu yang menyenangkan bagiku. terkadang, merindukanmu membuat mataku mampu tak berkedip menonton film usang di dalam memoriku. terkadang, merindukanmu membuat mataku sembab keesokan harinya. merindukanmu juga bisa mengukir senyuman di bibirku ketika rindu itu terobati meski hanya dengan melihatmu sekilas berjalan melewati kelasku. tapi, bahagiaku tidak hanya sekilas.

terimakasih telah membaca, apabila ada kritik dan saran mohon tinggalkan pesan di post komentar guna memajukan sastra di Indonesia.

0 komentar

Posting Komentar