Kerinduan pada kecemasan
Kecemasan selalu hadir menemani setiap langkah-langkahku, menemani bayanganku yang tergeletak bersembunyi di belakang tubuh tubuhku ketika kamu menjadi bagian dari hidupku. Kecemasan jikalau hatimu bukanlah untukku lagi.
Sekarang, aku merindukan kecemasan itu. Kecemasan jikalau hatimu bukanlah untukku lagi. Aku rindu untuk merasakan kecemasan itu. Itulah kecemasan paling indah setelah aku bukanlah bagian dari hidupmu lagi.
Kerinduan pada kecemasan saat-saat menantimu di tempat aku bisa melihatmu bersendaugurau dengan teman-temanmu, tertawa-tawa riang. Sebagai balasan, aku tersipu malu dengan rona merah muda di kedua pipiku.
Aku rindu, rindu sekali pada kenangan itu. Kau tahu, sesekali aku menyempatkan diri mendatangi tempat itu dengan hati yang sangat berat ketika memori-memori indah berputar-putar di kepalaku, tujuanku datang ke sana hanya agar aku bisa melihatmu tertawa-tawa riang dengan teman-temanmu. Tapi, kamu tak pernah ada di sana lagi. Dan kenangan itu memang hanya pantas untuk dikenang bukan untuk diulang kembali.
Ketika kamu pergi menjalankan tugas dari sekolah, aku selalu menanti dengan penuh kecemasan. Lagi-lagi yang aku cemaskan hanya karena jika hatimu tak lagi kau berikan padaku sepulang kau dari sana.
Kini, aku tak pernah lagi berharap-harap cemas menunggumu. Tapi, kini aku rindu. Aku rindu akan kecemasan itu. Kecemasan terindah.
Pangeranku, sungguh aku rindu pada kecemasan-kecemasan itu. Aku rindu merasakannya lagi. Meski aku tak tahu kepada siapa kau berikan hatimu kini, tapi aku akan merindukanmu dan akan tetap menantimu. dengan kenangan-kenangan yang pernah kita buat, aku akan tetap bertahan
0 komentar
Posting Komentar